Lensa Berita Terkini - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti mengatakan belakangan mendapatkan kecaman banyak negara. Kecaman itu terkait dengan banyaknya kapal karam bersejarah di Indonesia yang hilang.
"Setahun terakhir kita mendapat banyak kecaman, dikutuk banyak negara," tutur Susi dalam seminar nasional kewirausahaan di Ruang Sidang Lantai 5 Gedung AR Fachruddin B, Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (06/05/2017).
Banyak negara yang mempertanyakan, bagaimana bisa peninggalan sejarah yang seharusnya dilindungi hilang. Padahal kapal karam yang hilang dipastikan memiliki benda muatan berharga, dan benda muatan kapal tenggelam (BMKT) lainnya.
Tidak hanya itu, kapal-kapal itu mempunyai nilai sejarah tinggi. Sebab mereka menjadi saksi bisu peristiwa Perang Dunia I atau Perang Dunia II, yang terjadi di perairan Indonesia.
"Kapal karam yang hilang itu merupakan situs-situs (kapal) perang dunia, dan juga adanya kapal niaga. Tentunya barang berharganya masih ada," jelasnya.
Diduga dijarah kapal keruk atau grab hopper dredger asing. Saat ini pemerintah sudah gencar memburu penjarah kapal karam di Indonesia. Apalagi pemerintah tidak mau dianggap tidak serius melindungi peninggalan sejarah di wilayahnya.
"Kemarin baru ditangkap kapal keruk ukuran 8.300 GT (Gross Tonnage). Kapal keruk tersebut menyedot besi-besi tua dari kapal-kapal tenggelam," katanya.
"Kami sudah mencoba meminta kapal (Chuan Hong 68 berbendera tiongkok) yang diamankan Malaysia," tambah Susi.
Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) tanggal 28 April 2017, berhasil menangkap kapal Chuan Hong 68, yang sebelumnya kabur dari kejaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL). Kapal keruk tersebut diduga mengambil bangkai kapal karam secara ilegal di perairan Indonesia. "Kami tengah memproses supaya bisa dibawa pulang ke Indonesia," tandas Susi. (Lensa Berita Terkini)